Senin, 30 April 2012

LEDAKAN KONSER DI INDONESIA


Verdi, 35 tahun, kaget bukan kepalang saat mendengar berita dari situs RollingStone.co.id bahwa artis pujaan yang ia gandrungi sejak masa SMA puluhan tahun lalu hingga kini ia memiliki seorang putri yang masih bayi ternyata akan berkonser di Indonesia untuk pertama kalinya.

”Apa benar Morrissey akan datang ke Jakarta? Siapa promotornya? Berapa harga tiketnya? Kalau bisa jangan mahal-mahal dong, gue sudah punya anak nih, mesti beli susu bayi,” ujar Verdi sangat antusias saat menghubungi kantor majalah ini beberapa waktu lalu.

Ia mengaku belakangan jarang datang ke konser artis-artis internasional idolanya yang semakin gencar digelar di Jakarta. Alasannya sederhana saja, perbandingan antara gaji dengan kebutuhan rumah tangga membuat semuanya tidak masuk akal jika harus dituruti. ”Gue hanya bisa sedih menyaksikan beritanya di televisi setiap pagi. Band-band yang sebenarnya sudah puluhan tahun gue tunggu sekarang semuanya mendadak konser di Jakarta. Nggak mungkin ditonton semuanya. Sekarang nggak boleh egois, bisa gawat, bisa bubar rumah tangga,” imbuhnya dalam nada sedih tapi masih berusaha bercanda.

Zaman Verdi tumbuh remaja dan melewati masa-masa puber bersama musik-musik dari Morrissey, Napalm Death, Iron Maiden, Megadeth, Helloween, Sick of It All, menyaksikan semua konser artis tersebut adalah sebuah keniscayaan. Mengacu kepada Srimulat, itu adalah hil yang mustahal. Apa yang ia alami ini menjadi representasi jutaan anak muda era Orde Baru yang memang tidak seberuntung para penggemar band-band cadas
tersebut di negaranya.

Kerusuhan di luar stadion saat konser Metallica digelar oleh promotor AIRO pada 10 April 1993 silam yang membumihanguskan kawasan Lebak Bulus dan Pondok Indah akhirnya sukses merenggut mimpi para penggemar musik metal di Indonesia. Akhirnya sangat lama juga Indonesia absen dikunjungi band-band bertegangan tinggi. Di luar konser Bon Jovi pada 1995 atau Jakarta Pop Alternative Festival yang digelar Java Musikindo pada awal 1996 dan menampilkan Foo Fighters, Beastie Boys, Sonic Youth, hanya ada konser Green Day digelar di JHCC sepanjang 1996. Lalu Mr. Big sempat tampil di Bengkel Night Park, Jakarta, untuk kedua kalinya pada tahun 1997, tepat hanya beberapa bulan sebelum terjadinya krisis moneter berkepanjangan di Asia, termasuk di Indonesia.

Baru pada Juli 2001, Original Productions berani menggelar konser band pelopor speed thrash metal milik Dave Mustaine, Megadeth. Itu pun setelah digeser dari Jakarta hingga ribuan kilometer ke ujung Sumatera Utara, Medan, karena saat itu di ibukota terjadi pelengseran Presiden Abdurrahman Wahid oleh DPR RI.

Hanya berselang setahun sebelumnya segelintir anak-anak muda di Bandung secara diam-diam dan terbebas dari intaian imigrasi sudah mulai bergerilya dengan menggelar konser band metalcore asal Seattle, Washington, Himsa, di Buqiet Cafe. Mungkin konser ini tercatat sebagai yang pertama digelar promotor independen di Indonesia. Bahkan seusai konser Megadeth yang dilanjutkan dengan Scorpions di Bandung, tak banyak artis-artis internasional yang berkunjung ke Indonesia. Pascatragedi 9/11 di New York dan bom Bali 1, banyak artis asal Amerika Serikat yang menghindari tur konser di Indonesia karena adanya travel warning dari kedutaan AS.

Paceklik konser internasional pun berlanjut hinggga akhirnya Nepathya yang saat itu dikomandani oleh promotor senior Rini Noor di tahun 2004 menggelar konser Linkin Park di Pantai Karnaval, Ancol, yang dihadiri sekitar 30.000 orang penonton.

Baru pada 16 April 2005 sejarah dicatat oleh promotor independen Mipro yang berhasil memanggungkan pionir grindcore asal Inggris, Napalm Death, di Pantai Festival, Ancol, yang saat itu disaksikan lebih dari 7.000 penonton. Setelah konser yang terbilang sukses tersebut, bahkan menjadi salah satu yang terbesar sepanjang karier Napalm Death sendiri, keran konser di Indonesia mulai terbuka lebar-lebar.

Promotor-promotor baru mulai bermunculan bak cendawan di musim hujan. Soundshine Events, Berlian Entertain-ment, Ismaya Live, Marygops Studio, Mahaka Entertainment, Big Daddy Live Concerts, Mediaworks, Showmaxx, 3 Oceans Live, Blade Indonesia, Indika Productions, Mahkota Promotions, Variant Entertainment, StarD Pro, Maqnet Entertainment, Show Nation, FM Live, NuBuzz, hingga BlackRock Entertainment.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar